Selasa, 10 Maret 2015

jarang terjadi di akhir Zaman?????


 
Jarang Terjadi Diakhir Zaman.
Seorang isteri menangis ketika memandikan jenazah suaminya.

sambil menangis isteri berkata,
” Inilah janji kami sebagai suami isteri,Jika abang pergi lebih dulu maka engkaulah yang memandikan jenazah abang,
Andai engkau yang pergi dulu dari abang, abang yang akan memandikan jenazahmu”

Dari luar bilik mayat hospital,
seorang ustadz masuk dan bertanya apakah istrinya mau memandikan jenazah suaminya,
ustadz tadi bersama beberapa orang menemani si isteri memandikan jenazah suaminya.

Dengan tenang isteri membasuh muka suaminya sambil berdoa,
” Inilah wajah suami yang ku sayang tetapi Allah lebih sayang padamu Wahai suamiku,
Semoga Allah ampunkan dosamu dan satukan kita di akhirat nanti"

Saat membasuh tangan jenazah suaminya sambil berkata
“Tangan inilah yang mencari rezeki yang halal untuk kami,
masuk ke mulut kami,
semoga Allah beri pahala untukmu wahai suami ku ”

Saat membasuh tubuh jenazah suaminya, iapun berkata
” Tubuh inilah yang memberi pelukan kasih sayang padaku
dan anak-anakku
semoga Allah beri pahala berganda untukmu wahai suamiku"

Kemudian saat membasuh kaki jenazah suaminya,
kembali ia berkata.
” Dengan kaki ini abang keluar mencari rezeki untuk kami, berjalan dan berdiri sepanjang hari semata-mata untuk mencari sesuap nasi, terima kasih suamiku.
semoga Allah memberimu kenikmatan hidup di akhirat dan pahala yang berlipat kali ganda”

Selesai memandikan jenazah suaminya,
si isteri mengecup sayu suaminya dan berkata.
“Terima kasih suamiku karena aku bahagia sepanjang menjadi isterimu dan terlalu bahagia dan terima kasih karena meninggalkan aku bersama permata hatimu yang persis dirimu
dan aku sebagai seorang istri ridha akan kepergianmu karena kasih sayang Allah kepadamu ”

Subhanallah
Seandainya janji pernikahan itu seperti ini,
selamatlah rumah tangga akhir zaman.

posted by : AEF SUGIHARTONI


Kamis, 06 Februari 2014


Blog ku ini sekadar catatan , merakam sisa sisa perjalanan hidup ini, menitipkan apa yang dibaca , menyimpan pesan-pesan yang terjumpa dan berkongsi apa yang ada. Namun ada juga artikal yang faktanya aku tidak menyukainya tapi aku titipkan juga disini, sebagai rujukan kemudian , jika ianya adalah menepati isu yang aku minati, seperti isu wahabi , pemurnian sejarah,  kepartian dan Syiah. Anda juga mendapati terdapat artikal mengenai pertanian, ketahuilah itulah kisah cinta hidupku.

Bershalawat kepada Nabi Bid'ah ??



            Di dalam ilmu tafsir, yang disebut dengan ‘bershalawat’ itu maknanya banyak, tidak terbatas kepada doa semata. Karena itu di dalam Al-Quran Al-Karim kita menemukan adanya ayat yang menceritakan bahwa Allah SWT dan para malaikat-Nya juga bershalawat kepada Nabi Muhammad SAW. Dan untuk itu umatnya pun diperintahkan untuk bershalawat kepada beliau juga.

          Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya . (Al Qur’an Surat Al-Ahzab ayat 56).

Dan apa maksud Allah SWT bershalawat kepada Nabi SAW? Apakah maknanya Allah berdoa kepada Nabi?

          Tentu saja bukan. Mana mungkin Allah berdoa kepada nabi ciptaan-Nya sendiri. Tentu salah besar bila bershalawat di dalam ayat ini dimaknai dengan Allah berdoa. Yang dimaksud dengan Allah SWT bershalawat kepada Nabi adalah bahwa Allah SWT memberinya rahmat. Dan rahmat itu adalah kasih sayang yang selalu mendampingi beliau.

         Sedangkan makna para malaikat bershalawat kepada nabi adalah memintakan ampunan. Meski pun yang dimintai ampunan sudah tidak punya dosa, lantaran para nabi adalah orang-orang yang makshum (terhindar dari dosa). Dan hal ini tidak perlu dipertanyakan, sebab Nabi Muhammad SAW sendiri setiap hari meminta ampun kepada Allah SWT seratus kali. Ketika para shahabat menanyakannya, beliau hanya menjawab, “Tidak bolehkah aku menjadi hamba yang bersyukur?”

         Sedangkan bila shalawat itu dari orang mukmin maka maknanya adalah doa supaya beliau diberi rahmat dan kasing sayang. Dan mendoakan seorang nabi tidak salah, karena salam yang kita sampaikan kepada orang yang bertemu dengan kita pun maknanya adalah doa. Kalimat Assalamu ‘alaikum Warahmatullahi Wa Barakatuh maknanya adalah ‘Semoga keselamatan terlimpah atasmu serta rahmat dan barkahnya.’

         Buat orang Islam, saling mendoakan satu sama lain adalah hal yang biasa dan telah menjadi syiar agama. Termasuk memberi salam kepada Nabi Muhammad SAW dan bershalawat kepadanya. Bukan hanya kepada Nabi Muhammad SAW saja, tapi kepada para Nabi Allah yang lain, itulah sebabnya kalau orang Islam itu selalu menambahkan doa Alaihis Salam disetiap belakang nama para Nabi dan para Malaikat.  Seperti Nabi Ibrahim AS, Nabi Musa AS, Nabi Isa AS. Malaikat Jibril AS, Dll.

         Kalau kita mendoakan keselamatan kepada seseorang bukan berarti kita meyakjini bahwa dirinya ada dalam ketidak-selamatan. Doa keselamatan itu sama saja bila kita menyapa teman dengan mengatakan semoga Anda sekeluarga dalam keadaan sehat wal afiat. Apakah bila kita menyapa demikian berarti teman kita itu sekeluarga sedang dirawat di rumah sakit?
Tentu tidak, karena salam dan shalawat itu sifatnya syiar yang hidup di tengah sesama kita. Dan mendoakan keselamatan tidak berarti yang kita salami itu sedang sakit tidak bisa bangun.

          Itulah sebabnya ada kata salallahu ’alaihi wasallam dibelakang nama Nabi Muhammad.
Kita lanjutkan tentang kehidupan Nabi Muhammad SAW. 
Perhatikan apa yang pernah diucapkan oleh Mahatma Gandhi dalam As Siasah No.8, II, Th. 5 : 

         ” aku mengakui benar,  bukannya pedang yang menjadikan Islam mempunyai kedudukan dalam perjuangan hidup, melainkan dengan sopan santunnya Nabi yang sempurna, lunak dan lembut, lagi ikhlas bagi handai taulan dan sahabatnya, serta menghormat sangat akan perjanjian, keteguhan, keberanian, tak memperdulikan bahaya dan bencana serta kepercayaan penuh kepada Tuhannya ”

         Pada umur 40th, Nabi Muhammad SAW mendapatkan wahyu yang pertama dari Malaikat Jibril AS. Beliau Nabi Muhammad SAW diangkat sebagai sebagai Nabi dan Rasul Allah untuk menyampaikan Risalah (ajaran) Islam kepada seluruh umat manusia dan segala bangsa sebagai penggenap ajaran-ajaran sebelumnya dan penutup para Nabi dan para Rasul Allah. Berbeda dengan para Nabi dan Rasul sebelumnya yang ditugaskan Allah utk menyampaikan Risalah (ajaran) hanya kepada Bani Israil.

         ”Katakanlah: “Hai manusia sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu semua, yaitu Allah yang mempunyai kerajaan langit dan bumi; tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia, Yang menghidupkan dan mematikan, maka berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul Nya, Nabi yang umi yang beriman kepada Allah dan kepada kalimat-kalimat-Nya (kitab-kitab-Nya) dan ikutilah dia, supaya kamu mendapat petunjuk” (Al Qur’an surat Al A’raf ayat 158)

          ”Dan Kami tidak mengutus kamu, melainkan kepada umat manusia seluruhnya sebagai pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan, tetapi kebanyakan manusia tiada mengetahui” (Al Qur’an surat Saba ayat 28)

          ”Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam” (Al Qur’an surat Al Anbiya’ ayat 107)
         ” Muhammad itu adalah utusan Allah… ” (Al Qur’an surat Al Fath ayat 29)

         ” Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki di antara kamu, tetapi dia adalah Rasulullah (utusan Allah) dan penutup nabi-nabi. Dan adalah Allah Maha Mengetahui segala sesuatu ” ( Al Qur’an surat Al Ahzab ayat 40)

Perhatikan apa yang telah dikatakan Nabi Isa AS (Jesus) tentang Nabi Muhammad SAW :

          ”Dan (ingatlah) ketika Isa Putra Maryam berkata: “Hai Bani Israel, sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu, membenarkan kitab (yang turun) sebelumku, yaitu Taurat dan memberi kabar gembira dengan (datangnya) seorang Rasul yang akan datang sesudahku, yang namanya Ahmad (Muhammad)” Maka tatkala rasul itu datang kepada mereka dengan membawa bukti-bukti yang nyata, mereka berkata: “Ini adalah sihir yang nyata” (Al Qur’an surat As Shaaf ayat 6)

           Dan benar seperti yang dikatakan oleh Nabi Isa AS (Jesus) bahwa kemudian Nabi Muhammad SAW dikatakan sebagai penyihir oleh orang-orang yg menolak Islam di Makkah pada waktu itu.  Nabi Muhammad SAW dan pengikutnya yang sangat sedikit waktu itu, mendapat pertentangan keras sampai penyiksaan dari para tokoh-tokoh Makkah sehingga Nabi Muhammad SAW dan para pengikutnya akhirnya harus melakukan hijrah (mengungsi) ke kota Madinah yang berjarak lebih kurang 260 mil utk menyelamatkan dakwah Islam. Tahun Nabi Muhammad SAW dan pengikutnya mengungsi inilah yang kemudian dikenal dengan Tahun Hijriah dan dimulainya penanggalan kelender Islam.

… to be continued. Salam, Pecinta Dakwah
siapa sesungguhnya syi'ah itu?

Kaum Syi’ah menyangka bahwa mereka berloyalitas kepada Ahli Bait (keluarga) Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam dan mencintai Ahlul Bait. Mereka juga menyangka bahwa madzhab mereka diambil dari ucapan-ucapan dan perbuatan-perbuatan Ahlul Bait dan dibangun di atas pendapat-pendapat dan riwayat-riwayat dari Ahlul Bait. Karena alasan kecintaan kepada Ahlul Bait, kaum Syi’ah mengafirkan para shahabat yang dianggap menzhalimi dan melanggar kehormatan Ahlul Bait. Inilah keyakinan yang tertanam pada akal-akal kaum Syi’ah.

Benarkah kaum Syi’ah mencintai Ahlul Bait?

Mari kita melihat bagaimana sebenarnya kecintaan kaum Syi’ah kepada Ahlul Bait dan bagaimana sikap Ahlul Bait itu sendiri terhadap kaum Syi’ah.

Definisi Ahlul Bait

Kaum Syi’ah Rafidhah bersepakat untuk membatasi Ahlul Bait Nabi shallallâhu ‘alaihi wa sallam hanya pada Ali bin Abi Thalib radhiyallâhu ‘anhû, Fathimah radhiyallâhu‘anhâ, Al-Hasan radhiyallâhu‘anhumâ, dan Al-Husain radhiyallâhu ‘anhumâ. Kemudian, mereka memasukkan sembilan orang imam dari keturunan Al-Husain radhiyallâhu anhû dalam hal tersebut: (1) Ali Zainul ‘Âbidin, (2) Muhammad Al-Bâqir, (3) Ja’far Ash-Shâdiq, (4) Musa Al-Kâzhim, (5) Ali Ar-Ridhâ, (6) Muhammad Al-Jawwâd, (7) Ali Al-Hâdy, (8) Al-Hasan Al-‘Askar, dan Imam Mahdi mereka, (9) Muhammad Al-‘Askar. [Al-Anwâr An-Nu’mâniyah 1/133, Bihâr Al-Anwâr 35/333, dan selainnya. Bacalah Al-‘Aqidah Fî Ahlil Bait Bain Al-Ifrâd Wa At-Tafrîd karya Sulaimân As-Suhaimy hal. 352-356 dan Asy-Syi’ah Wa Ahlul Bait hal. 13-20 karya Ihsân Ilâhî Zhahîr]
Hakikat definisi kaum Syi’ah tentang Ahlul Bait di atas adalah celaan terhadap Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam, Ali bin Abi Thalib, Al-Hasan, dan Al-Husain radhiyallâhu‘anhum.

Mereka meriwayatkan dari Abu Ja’far Muhammad Al-Bâqir bahwa beliau berkata, “Manusia menjadi murtad setelah Nabi shallallahu ‘alaihi wa âlihi, kecuali tiga orang.” Saya (perawi) bertanya, “Siapakan tiga orang itu?” Beliau menjawab, “Al-Miqdad, Abu Dzarr, dan Salman Al-Fârisy ….” [Raudhah Al-Kâfy 8/198]

Juga datang sebagian riwayat mereka tentang pengecualian untuk tujuh orang, yang Al-Hasan dan Al-Husain tidak tersebut dalam pengecualian itu.

Mereka meriwayatkan dari Amirul Mukmin Ali bin Abi Thalib radhiyallâhu‘anhû bahwa beliau berkata kepada Qunbur, “Wahai Qunbur, bergembiralah dan berilah kabar gembira serta selalulah merasa gembira. Sungguh Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa alihi meninggal dan beliau murka terhadap umatnya, kecuali Syi’ah.” [Al-Amâly hal. 726 karya Ash-Shadûq]

Kaum Syi’ah juga tidak mengakui putri Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam sebagai Ahlul Bait beliau, kecuali Fathimah saja. Mereka berkata, “Ahli tarikh menyebut bahwa Nabi (sha) memiliki empat putri. Berdasarkan urutan kelahirannya, mereka adalah Zainab, Ruqayyah, Ummu Kultsum, dan Fathimah. Namun, menurut penelitian cermat tentang nash-nash tarikh, kami tidak menemukan dalil yang menunjukkan (keberadaan) anak (untuk beliau), kecuali Az-Zahrâ` (‘ain), Bahkan, yang tampak adalah bahwa anak-anak perempuan yang lain adalah anak-anak Khadijah dari suaminya yang pertama sebelum Nabi Muhammad (sha) ….” [Dâ`irah Al-Ma’ârif Al-Islâmiyah Asy-Syi’iyyah 1/27 karya Muhsin Al-Amin]

Demikianlah kedunguan kaum Syi’ah dalam menentang Allah Ta’âlâ, padahal Allah menyebut anak-anak perempuan Nabi shallallâhu ‘alaihi wa sallam dengan konteks jamak yang menunjukkan jumlah lebih dari tiga sebagaimana dalam firman-Nya,
يَا أَيُّهَا النَّبِيُّ قُلْ لِأَزْوَاجِكَ وَبَنَاتِكَ وَنِسَاءِ الْمُؤْمِنِينَ يُدْنِينَ عَلَيْهِنَّ مِنْ جَلَابِيبِهِنَّ
“Wahai Nabi, katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu dan istri-istri orang mukmin bahwa hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka ….” [Al-Ahzâb: 59]

Kaum Syi’ah juga tidak memasukkan istri-istri Nabi shallallâhu ‘alaihi wa sallam dalam lingkup Ahlul Bait, padahal ayat tentang keutamaan Ahlul Bait asalnya ada dalam konteks penyebutan istri-istri Nabi shallallâhu ‘alaihi wa sallam. Perhatikanlah firman-Nya,
يَا نِسَاءَ النَّبِيِّ لَسْتُنَّ كَأَحَدٍ مِنَ النِّسَاءِ إِنِ اتَّقَيْتُنَّ فَلَا تَخْضَعْنَ بِالْقَوْلِ فَيَطْمَعَ الَّذِي فِي قَلْبِهِ مَرَضٌ وَقُلْنَ قَوْلًا مَعْرُوفًا. وَقَرْنَ فِي بُيُوتِكُنَّ وَلَا تَبَرَّجْنَ تَبَرُّجَ الْجَاهِلِيَّةِ الْأُولَى وَأَقِمْنَ الصَّلَاةَ وَآتِينَ الزَّكَاةَ وَأَطِعْنَ اللَّهَ وَرَسُولَهُ إِنَّمَا يُرِيدُ اللَّهُ لِيُذْهِبَ عَنْكُمُ الرِّجْسَ أَهْلَ الْبَيْتِ وَيُطَهِّرَكُمْ تَطْهِيرًا. وَاذْكُرْنَ مَا يُتْلَى فِي بُيُوتِكُنَّ مِنْ آيَاتِ اللَّهِ وَالْحِكْمَةِ إِنَّ اللَّهَ كَانَ لَطِيفًا خَبِيرًا
“Wahai istri-istri Nabi, kalian tidaklah seperti perempuan lain jika kalian bertakwa. Maka, janganlah kalian lembut dalam berbicara sehingga berkeinginanlah orang yang ada penyakit dalam hatinya, dan ucapkanlah perkataan yang baik. Hendaklah kalian tetap berada di rumah-rumah kalian, janganlah kalian berhias dan bertingkah laku seperti orang-orang jahiliyah dahulu, serta dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat, dan taatilah Allah dan Rasul-Nya. Sesungguhnya Allah hendak menghilangkan dosa dari kalian, wahai ahlul bait, dan membersihkan kalian sebersih-bersihnya. Dan ingatlah apa-apa yang dibacakan di rumah kalian berupa ayat-ayat Allah dan hikmah (sunnah Nabi). Sesungguhnya Allah adalah Maha Lembut lagi Maha Mengetahui.” [Al-Ahzâb: 32-34]

Kebencian kaum Syi’ah terhadap para istri Nabi shallallâhu ‘alaihi wa sallam sangatlah besar, terkhusus terhadap Aisyah dan Hafshah radhiyallâhu‘anhmâ, sehingga salah seorang pembesar mereka dari Hauzah, Sayyid Ali Gharwy, berkata, “Sesungguhnya, sebagian kemaluan Nabi harus masuk ke dalam neraka karena beliau telah menggauli sebagian perempuan musyrik.” [Disebutkan dalam Kasyful Asrâr hal. 21 karya Husain Al-Musawy]

Mereka juga tidak memasukkan anak-anak Ali bin Abi Thalib –kecuali Al-Hasan dan Al-Husain radhiyallâhu‘anhumâ – ke dalam golongan Ahlul Bait, padahal Ali memilliki beberapa anak selain Al-Hasan dan Al-Husain, yaitu Muhammad bin Al-Hanafiyyah, Abu Bakr, Umar, Utsman, Al-‘Abbâs, Ja’far, Abdullah, ‘Ubaidullah, dan Yahya. [Asy-Syi’ah Wa Ahlul Bait hal. 20 karya Ihsân Ilâhî Zhahîr]

Kaum Syi’ah juga tidak menganggap anak-anak Al-Hasan sebagai Ahlul Bait sebagaimana mereka juga tidak menganggap anak-anak Al-Husain sebagai Ahlul Bait, kecuali Ali Zainul ‘Abidin. Padahal, Al-Husain memiliki anak yang bernama Abdullah dan Ali (lebih tua daripada Ali Zainul ‘Abidin) yang keduanya ikut mati syahid bersama Al-Husain di Karbalâ`. [Huqbah Min At-Târikh hal. 242 karya Utsman Al-Khumayyis]
Sebagaimana pula, mereka juga tidak menganggap Bani Hasyim sebagai Ahlul Bait, padahal Nabi shallallâhu ‘alaihi wa sallam memasukkan mereka ke dalam lingkup Ahlul Bait sebagaimana dalam kisah Abdul Muthlib bin Rabî’ah bin Harits bin Abdul Muthlib dan Al-Fadhl bin ‘Abbâs bin ‘Abdul Muthlib, yang meminta untuk dipekerjakan terhadap harta sedekah agar keduanya memperoleh upah untuk menikah maka Nabi shallallâhu ‘alaihi wa sallam bersabda kepada keduanya,
إِنَّ الصَّدَقَةَ لَا تَنْبَغِي لِآلِ مُحَمَّدٍ إِنَّمَا هِيَ أَوْسَاخُ النَّاسِ
“Sesungguhnya sedekah tidaklah pantas bagi keluarga Muhammad. Hal tersebut hanyalah kotoran-kotoran manusia.” [Diriwayatkan oleh Muslim]

Bahkan, kaum Syi’ah menyebut bahwa Ali bin Abi Thalib berdoa, “Ya Allah, laknatlah dua anak Fulan -yaitu Abdullah dan ‘Ubaidullah, dua anak Al-‘Abbâs, sebagaimana dalam catatan kaki-. Butakanlah mata keduanya sebagaimana engkau telah membutakan kedua hati mereka ….” [Rijâl Al-Kisysyi hal 52]
Juga sebagaimana mereka menghinakan ‘Âqil dan Al-‘Abbâs dalam sejumlah riwayat mereka.

Beberapa Penghinaan kaum Syi’ah terhadap Ahlul Bait[1]

Tidak pernah suatu hari pun kaum Syi’ah mencintai dan menaati Ahlul Bait. Bahkan, buku-buku mereka telah menetapkan penyelisihan dan penentangan mereka terhadap Ahlul Bait.

Perhatikanlah kelancangan mereka terhadap Nabi shallallâhu ‘alaihi wa sallam dalam riwayat mereka, bahwa Ali memperbandingkan antara dirinya dan diri Nabi shallallâhu ‘alaihi wa sallam. Ali berkata, “Aku adalah pembagi Allah antara Surga dan Neraka. Aku adalah pembeda terbesar. Aku adalah pemilik tongkat dan misam. Sungguh seluruh malaikat dan rasul telah mengakui untukku apa yang mereka diakui untuk Muhammad shallallâhu ‘alaihi wa âlihi. Sungguh aku telah dibebani seperti beban Ar-Rabb. Sungguh Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa âlihi akan dipanggil kemudian diberi pakaian, Aku juga dipanggil kemudian diberi pakaian. Beliau diminta berbicara dan Aku juga diminta berbicara. Hingga di sini, Kami adalah sama. Adapun Aku, sungguh Aku telah diberi beberapa sifat yang tidak pernah diberikan kepada siapapun sebelumku. Aku mengetahui angan-angan, bencana-bencana, nasab-nasab, fashlul khithab. Tidaklah luput sesuatu yang telah mendahuluiku, dan tidaklah pergi sesuatu yang telah berlalu dariku.” [Ushûl Al-Kâfy, kitab Al-Hujjah 1/196-197]

Nash di atas bukanlah hal aneh dalam buku-buku kaum Syi’ah, bahkan buku-buku mereka berisi pengutamaan Ahlul Bait terhadap para nabi dan para malaikat.

Mereka juga menyebutkan riwayat tentang peremehan terhadap putra Nabi shallallâhu ‘alaihi wa sallam, Ibrahim. Simpulannya adalah bahwa Jibril mendatangi Nabi shallallâhu ‘alaihi wa sallam yang menimang-nimang anaknya, Ibrahim, dan cucunya, Al-Husain. Jibril pun berkata, “Allah telah mengutusku dan memberi salam kepadamu dan berfirman bahwa dua anak ini tidak berkumpul dalam satu waktu maka pilihlah salah satu di antara keduanya dan korbankanlah yang lainnya.” Kemudian Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam memandangi Ibrahim dan menangis, lalu beliau melihat kepada penghulu para syahid (Al-Husain) dan menangis. Beliau pun berkata, “Sesungguhnya Ibrahim, ibunya hanyalah seorang budak. Kalau dia meninggal, tak seorang pun yang bersedih terhadapnya, kecuali Aku. Adapun Al-Husain, ibunya adalah Fathimah dan ayahnya adalah Ali, sedang (Ali) adalah anak pamanku dan seperti kedudukan ruhku, serta dia adalah darah dan dagingku. Kalau (Al-Husain) meninggal, (Ali) akan bersedih dan Fathimah akan bersedih.” Kemudian beliau berbicara kepada Jibril, “Wahai Jibril, Aku mengorbankan Ibrahim untuk Al-Husain, dan Aku meridhai kematiannya agar Al-Husain dan Yahya tetap hidup.” [Hayâh Al-Qulûb 1/593 karya Al-Majlisy]

Bahkan, terhadap Ali bin Abi Thalib sendiri, mereka menyebutkan kelemahan, ketakutan, dan kehinaan Ali saat Abu Bakr diangkat menjadi khalifah [kitab Salîm bin Qais hal 84, 89]. Ketika kaum Syi’ah menyikapi putri Ali, Ummu Kultsum, yang dinikahi oleh Umar, mereka menyebutkan riwayat dari Abu Abdillah Ja’far Ash-Shâdiq bahwa Ja’far berkata, “Itu adalah kemaluan yang telah Kami rampok.” [Furû’ Al-Kâfy 2/141 karya Al-Kulîny]. Dalam riwayat lain disebutkan, “Ali tidak ingin menikahkan putrinya, Ummu Kultsum, dengan Umar, tetapi (Ali) takut terhadap (Umar) sehingga (Ali) mewakilkan kepada pamannya, ‘Abbâs, untuk menikahkan (Umar).” [Hadîqah Asy-Syî’ah hal. 277 karya Muqaddas Al-Ardabîly]

Syaikh Ihsân Ilâhî Zhahîr juga menyebutkan penghinaan kaum Syi’ah terhadap Fatimah, Al-Hasan, Al-Husain, dan keturunannya hingga imam kesepuluh mereka. Makalah ini tidak cukup memuat seluruh hal tersebut.

Sikap Ahlul Bait terhadap Kaum Syi’ah[2]

Dalam buku-buku kaum Syi’ah, mereka menyebutkan bahwa Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib radhiyallâhu‘anhû berkata, “Andaikata aku membedakan Syi’ahku, tidaklah Aku akan mendapati mereka, kecuali sifat yang jelas. Andaikata menguji mereka, tidaklah Aku mendapati mereka, kecuali bahwa mereka telah murtad. Andaikata menyaring mereka di antara seribu orang, tidak akan ada seorang pun yang selamat.” [Raudhah Al-Kâfy 8/338]

Mereka juga menyebutkan ucapan Ali bin Abi Thalib terhadap kaum Syi’ah tatkala mereka berkhianat terhadap beliau. Ali radhiyallâhu‘anhû berkata kepada kaum Syi’ah, “Wahai orang-orang yang mirip lelaki, tetapi bukan lelaki, orang-orang yang berakal anak-anak kecil, dan akal-akal para perempuan bergelang kaki, Aku sangatlah berharap agar tidak melihat kalian dan tidak mengenal kalian dengan pengenalan bergetir penyesalan, demi Allah, dan bertabrak celaan. Semoga Allah memerangi kalian. Sungguh kalian telah memenuhi hatiku dengan nanah, mengumpat dadaku dengan kemarahan, menegukkan tegukan kebusukan yang menyesakkan nafas-nafas kami, dan kalian telah merusak ideku dengan penentangan dan penggembosan sehingga orang-orang Quraisy berkata, ‘Sesungguhnya Ibnu Abi Thalib adalah seorang pemberani, tetapi tidak berilmu tentang peperangan dan tidak memiliki pendapat terhadap orang yang tidak ditaati.’.” [Nahj Al-Balâghah 70-71]

Al-Husain bin Ali radhiyallâhu‘anhumâ juga mendoakan kejelekan terhadap kaum Syi’ah sebagaimana yang mereka sebutkan bahwa beliau berdoa, “Ya Allah, kalau Engkau memberi mereka tenggat waktu, cerai-beraikanlah mereka berkelompok-kelompok, jadikanlah mereka bergolongan-golongan yang beraneka ragam, dan janganlah Engkau menjadikan para pemerintah meridhai mereka selama-lamanya. Sesungguhnya mereka telah memanggil kami untuk menolong kami, tetapi mereka melampaui batas lalu memerangi kami.” [Al-Irsyâd hal. 241 karya Al-Mufîd]

Al-Hasan bin Ali radhiyallâhu‘anhumâ berkata sebagaimana dalam riwayat mereka, “Demi Allah, aku melihat Mu’âwiyah lebih baik bagiku daripada mereka. Mereka menyangka bahwa mereka adalah Syi’ahku, (tetapi) mereka ingin membunuhku dan mengambil hartaku. Demi Allah, andaikata dari Mu’âwiyah aku mengambil sesuatu yang menjaga darahku dan aku melindungi keluargaku, hal itu lebih baik daripada mereka membunuhku sehingga keluargaku akan terlantar. Demi Allah, andaikata aku memerangi Mu’âwiyah, pastilah mereka mengambil leherku hingga mereka menyerahkanku kepada (Mu’âwiyah) dengan selamat. Demi Allah, andaikata aku berdamai dengan (Mu’awiyah) dan berada dalam keadaan mulia, hal itu lebih baik daripada dia membunuhku sebagai tawanan.” [Al-Ihtijâj 2/10]

Ali bin Al-Husain Zainul Abidin berkata, “Bukankah kalian mengetahui bahwa kalian menulis kepada ayahku, tetapi kalian memperdaya beliau serta memberi janji dan persetujuan dari diri-diri kalian, kemudian kalian memerangi dan menelantarkan beliau. Dengan mata apa kalian memandang kepada Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa âlihi ketika beliau berkata, ‘Kalian telah membunuh keluargaku dan melanggar kehormatanku. Kalian bukanlah bagian dari umatku.” [Al-Ihtijâj 2/32]

Beliau juga berkata, “Sesungguhnya mereka menangisi kami, tetapi siapa yang membunuh kami kalau bukan mereka?” [Al-Ihtijâj 2/29]

Muhammad bin Ali Al-Bâqir berkata, “Andaikata seluruh manusia adalah Syi’ah kami, pastilah tiga perempatnya adalah orang yang ragu terhadap kami, sedang seperempatnya adalah orang dungu.” [Rijâl Al-Kisysyi hal. 79]

Ja’far bin Muhammad Ash-Shâdiq berkata, “Demi Allah, ketahuila. Andaikata aku menemukan tiga orang mukmin di antara kalian yang (mampu) menyembunyikan pembicaraanku, tentu aku tidaklah halal menyembunyikan pembicaraan terhadap mereka.” [Ushûlul Kâfy 1/496]

Banyak lagi riwayat dari Ahlul Bait yang mengandung celaan dan penjelasan mereka tentang kaum Syi’ah yang mengaku mencintai Ahlul Bait.

Pengkhianatan Kaum Syi’ah terhadap Ahlul Bait tentang Sikap kepada Para Shahabat
Dalam Irsyâd Al-Ghâby Ilâ Madzhab Ahlil Bait Fî Shahbin Naby, Imam Asy-Syaukany menyebutkan dua belas jalur kesepakatan para Imam Ahlul Bait dari berbagai masa tentang sikap mereka yang sesungguhnya terhadap para shahabat Nabi shallallâhu ‘alaihi wa sallam.

Dalam riwayat-riwayat mereka sendiri, terdapat penyebutan ucapan-ucapan Ahlul Bait yang memuji dan memiliki hubungan baik dengan seluruh para shahabat, termasuk Abu Bakr, Umar, Utsman, dan selainnya.

Nash-nash dalam buku-buku Syi’ah tentang hal tersebut disebutkan dalam kitab Asy-Syî’ah Wa Ahlul Bait karya Syaikh Ihsân Ilâhî Zhahîr rahimahullâh.

Ali bin Abi Thalib radhiyallâhu‘anhû sendiri memuji para shahabat dalam ucapan beliau, “Sungguh aku telah melihat para shahabat Muhammad shallallâhu ‘alaihi wa âlihi. Aku tidak melihat seorang pun di antara kalian yang menyerupai mereka! Sungguh pada waktu pagi mereka kusut lagi berdebut, pada waktu malam mereka bersujud dan melakukan qiyâm. Mereka beristirahat antara dahi-dahi dan pipi-pipi mereka, dan berhenti seperti bara-bara api ketika mengingat hari kebangkitan, seakan-akan antara mata-mata mereka seperti bekasan kambing karena sujud mereka yang panjang. Apabila Allah disebut, berlinanglah mata-mata mereka sehingga membasahi dada-dada mereka, bergoyang seperti pepohonan bergoyang pada hari saat angin kencang, karena takut terhadap siksaan dan harapan akan pahala.” [Nahj Al-Balâghah hal. 143]

Selain itu, telah berlalu penyebutan beberapa anak dari Ali bin Abi Thalib, Al-Hasan, dan Al-Husain radhiyallâhu‘anhum yang bernama Abu Bakr, Umar, dan Utsman. Hal ini menunjukkan kedekatan antara Ahlul Bait dan Khulafa` Ar-Rasyidin, yang berbeda dengan Syi’ah yang mengafirkan para shahabat, khususnya tiga Khulafa` Ar-Rasyidin.

Pembunuhan Al-Husain[3]

Di antara kamus pengkhianatan kaum Syi’ah adalah pembunuhan mereka terhadap Al-Husain bin Ali bin Abi Thalib radhiyallâhu‘anhumâ. Berikut kisah tersebut secara ringkas.

Pada tahun 60 H, Yazîd bin Mu’âwiyah dibaiat sebagai khalifah, padahal umur beliau masih 34 tahun. Al-Husain dan Abdullah bin Az-Zubair tidak berbaiat kepada Yazîd bin Mu’âwiyah, padahal beliau berdua berada di Madinah. Kemudian keduanya keluar dari Madinah menuju Makkah tanpa berbaiat. Kejadian tersebut terdengar oleh penduduk Kufah yang notabene merupakan orang-orang yang mengaku loyal kepada Ali bin Abi Thalib dan anak-anaknya. Mereka pun mengirim berbagai surat kepada Al-Husain yang menyatakan, “Kami telah membaiatmu, kami tidak menginginkan, kecuali engkau. Di leher kami tiada baiat untuk Yazîd, tetapi baiat hanya untukmu.” Semakin banyak surat yang sampai kepada Al-Husain hingga lebih dari lima ratus surat. Semua surat itu berasal dari penduduk Kûfah.

Menanggapi hal tersebut, Al-Husain radhiyallâhu‘anhumâ mengirim anak pamannya, Muslim bin ‘Aqîl bin Abi Thalib, untuk mengetahui hakikat perkara. Begitu tiba di Kûfah, Muslim pun segera bertanya-tanya ke sana-sini sehingga Muslim mengetahui bahwa manusia tidak menginginkan Yazîd, tetapi menginginkan Al-Husain. Ketika Muslim berlabuh di rumah Hâni` bin ‘Urwah, manusia pun berbondong-bondong mendatangi rumah Hâni` dan membaiat Muslim di atas baiat kepada Al-Husain. Kemudian Muslim mengirim pesan kepada Al-Husain agar Al-Husain segera datang ke Kûfah.

Hal tersebut terdengar oleh Yazid, yang kemudian mengutus ‘Ubaidullah bin Ziyâd sebagai gubernur Kufah untuk menanggapi kejadian tersebut. Setelah memastikan dan menyelidiki kepastian berita, segeralah Ubaidullah menahan Hâni` bin ‘Urwah. Mendengar Hâni` bin ‘Urwah tertahan, Muslim keluar dengan membawa empat ribu orang penduduk Kûfah yang telah membaiat Al-Husain.

Hanya dalam hitungan beberapa saat, tidaklah tersisa di antara empat ribu, kecuali tiga puluh orang, setelah ‘Ubaidullah memberi janji-janji pemberian untuk sebagian orang terpandang agar membuat penduduk Kûfah takut terhadap tentara Syam, yang berada pada pihak Yazîd bin Mu’âwiyah. Setelah matahari terbenam, tidak tersisa seorang pun, kecuali Muslim bin ‘Aqîl seorang diri.

‘Ubaidullah bin Ziyâd kemudian menawan dan membunuh Muslim pada hari ‘Arafah. Namun, sebelumnya, Muslim telah mengirim wasiat kepada Al-Husain, menceritakan peristiwa tersebut agar Al-Husain kembali dan tidak tertipu oleh penduduk Kûfah.

Al-Husain, yang telah berangkat ke Kûfah semenjak hari Tarwiyah, menerima pesan dari Muslim bin Aqîl dan telah berniat kembali ke Makkah. Namun, sebagian anak Muslim yang ikut bersama rombongan memberi saran agar rombongan tetap berangkat supaya dia bisa menuntut darah ayahnya.

Akhirnya, Al-Husain tetap berangkat menuju Iraq hingga tiba di Karbalâ`, dan beliau terbunuh sebagai syahid di tempat tersebut berserta tujuh belas orang Ahlul Bait dari anak-anak Al-Husain, Al-Hasan, ‘Aqil, dan Abdullah bin Ja’far pada 10 Muharram 61 H.

Kaum Syi’ah bercerita, “Dua puluh ribu orang penduduk Iraq membaiat Al-Husain, tetapi kemudian berkhianat terhadap beliau dan keluar memerangi mereka, padahal baiat berada di leher-leher mereka, kemudian mereka membunuh (Al-Husain).” [Muhsin Al-Amin dalam bukunya, A’yân Asy-Syî’ah, bagian pertama hal. 34]

Al-Mas’ûdy berkata, “Seluruh tentara, yang menghadiri pembunuhan Al-Husain serta memerangi dan membunuh beliau, hanyalah penduduk Kufah. Tidak ada seorang penduduk Syam pun yang hadir.” [Murawwij Adz-Dzahab 3/76]

Al-Mas’ûdy juga berkata, “Begitu bala tentara semakin banyak (mengepung) Al-Husain, dan beliau menyangka tidak akan selamat lagi, beliau berdoa, ‘Ya Allah, tetapkanlah hukum antara kami dan kaum yang memanggil kami, tetapi kemudian mereka sendiri yang membunuh kami.” [Murawwij Adz-Dzahab 3/75]

Setelah kita mengetahui siapa sebenarnya pembunuh Al-Husain radhiyallâhu‘anhumâ, ternyata kaum Syi’ah tidak mencukupkan diri dengan pengkhianatan mereka. Bahkan, mereka membuat kedustaan-kedustaan terhadap Ahlul Bait akan anjuran untuk merayakan dan memperingati hari Karbalâ`(hari Âsyûrâ`, 10 Muharram).

Rujukan kaum Syi’ah, Ath-Thûsy, meriwayatkan dengan sanadnya dari Ali bin Musa Ar-Ridha bahwa Ali bin Musa berkata, “Siapa saja yang meninggalkan upaya menunaikan hajatnya pada hari Âsyûrâ`, Allah akan menunaikan hajatnya di dunia dan akhirat. Siapa saja yang menjadikan hari Âsyûrâ` sebagai hari musibah, bersedih, dan menangisnya, Allah ‘Azza Wa Jalla akan menjadikannya pada hari kiamat sebagai hari kegembiraan dan kesenangan, serta menyejukkan mata kami di surga ….” [Amâlî Ath-Thûsy hal. 194, Bihâr Al-Anwâr 44/284]

Al-Barqy meriwayatkan dengan sanadnya hingga Ja’far Ash-Shâdiq, bahwa Ja’far berkata, “Siapa saja yang Al-Husain disebut di sisinya, kemudian meneteskan air mata, walaupun seperti sayap nyamuk, dosanya akan diampuni, meskipun seperti buih di lautan.” [Al-Mahâsin hal. 36, Bihâr Al-Anwâr 44/289]

Bahkan, Al-Mufid meriwayatkan dengan sanadnya hingga Al-Husain bin Ali sendiri, bahwa Al-Husain berkata, “Tidak ada seorang hamba pun yang berlinang air mata untuk kami atau meneteskan satu tetes air mata untuk kami, kecuali bahwa Allah akan memasukkannya ke dalam Surga dalam kurun waktu yang panjang.” [Amâlî Al-Mufîd hal. 209, Bihâr Al-Anwâr 44/279]

Demikianlah segelintir kedustaan kaum Syi’ah dalam pembunuhan terhadap Al-Husain bin Ali radhiyallâhu‘anhumâ.

Kami Perlu mengingatkan bahwa Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لَيْسَ مِنَّا مَنْ لَطَمَ الخُدُودَ، وَشَقَّ الجُيُوبَ، وَدَعَا بِدَعْوَى الجَاهِلِيَّةِ
“Bukanlah dari kami, orang yang memukul pipinya, menyobek kantong bajunya, serta menyeru dengan seruan jahiliyah.” [Diriwayatkan oleh Al-Bukhâry dan Muslim dari Abdullah bin Mas’ûd radhiyallâhu‘anhû]

------------------------------------------------------------------------------------
[1] Disadur dari kitab Asy-Syî’ah Wa Ahlul Bait karya Syaikh Ihsân Ilâhî Zhahîr rahimahullâh.
[2] Disadur dari Kasyf Al-Asrâr Wa Tabriah Al-A`immah Al-Athhâr hal. 14-18 karya Sayyid Husain Al-Musawy, seorang ulama Najaf.
[3] Diringkas dari Huqbah Min At-Târikh karya ‘Utsmân Al-Khumayyis hal. 229-259, Al-‘Aqidah Fî Ahlil Bait Bain Al-Ifrâd Wa At-Tafrîd karya Sulaimân As-Suhaimy hal. 490-504, dan Man Qatala Al-Husain karya Abdullah bin ‘Abdul ‘Aziz.

Sumber: Ust. Dzulqarnain

aliran aliran islam

Aliran dalam Islam mulai tampak pada saat perang Siffin (37 H) khalifah 'Ali bin Abi Thalib dengan Mu'awiyah. Pada saat tentara 'Ali dapat mendesak tentara Mu'awiyah maka Mu'awiyah meminta diadakan perdamaian. Sebagian tentara 'Ali menyetujui perdamaian ini, dan sebagian lagi
menolaknya. Kelompok yang tidak setuju ini akhirnya memisahkan diri dari 'Ali dan membentuk kelompok sendiri yang akhirnya terkenal dengan nama Khawarij. Mereka menganggap Ali, Mu'awiyah dan orang-orang yang menerima perdamaian ini telah berbuat salah (dosa besar) karenanya mereka bukan mukmin lagi dan boleh dibunuh.

Masalah dosa besar ini kemudian menimbulkan 3 aliran teologi dalam Islam yaitu : KhawarijMurji'ahdan Mu'tazilah


Masalah kepemimpinan ini kemudian menyebabkan munculnya kelompok yang menganggap yang berhak adalah 'Ali dan keturunannya (Syi'ah) dan kelompok yang berseberangan dengannya (Ahlus Sunnah wal Jama'ah). Dan akibat pengaruh agama lain dan filsasat pada umat Islam maka muncullah kelompok yang menyatakan bahwa manusia mempunyai kebebasan dalam berkendak dan perbuatannya (Qadariyyah) dan kelompok yang berpendapat sebaliknya (Jabariyyah). Setelah itu banyak bermunculan aliran-aliran baru dalam agama Islam. Dalam tulisan yang singkat ini penulis akan berusaha menguraikan aliran-aliran Islam yang ada terutama yang ada di Indonesia dan pendapat-pendapat mereka.

. Pembagian aliran-aliran Islam pada zaman terdahulu
Yang perlu diperhatikan disini, bahwa perselisihan yang terjadi pada masalah keyakinan pada umat Islam pada zaman dahulu tidaklah pada inti dari keyakinan (lubbul ‘aqidah), tetapi masalah-masalah filsafat dan sama sekali tidak menyentuh inti keyakinan seperti keesaan Allah, Iman kepada para rasul dan hari akhir, iman kepada malaikat, dan bahwa yang diberitakan oleh Nabi Muhammad adalah benar. Adapun masalah-masalah yang diperselisihkan adalah :
- Paksaan dan kebebasan untuk berkehendak atau berbuat
(al-jabr wal-ikhtiyar),
- Pelaku dosa besar,
- Al-Quran adalah qadim atau hadits (baru).

sejarah dan pendapat masing-masing kelompok tersebut..
  1. Khawarij


Khawarij menurut bahasa merupakan jamak dari katakharijiy, yang berarti orang-orang yang keluar,mengungsi atau mengasingkan diri. Asy-Syihristani mendefinisikan bahwa Khawarij adalah
setiap orang yang keluar dari Imam yang berhak yang telah disepakati oleh masyarakat. 2 KelompokKhawarij yang pertama adalah Al- Muhakkimah (Syuroh/Haruriyyah) yaitu pengikut Ali yang memisahkan diri karena tidak setuju adanya perdamaian antara beliau dengan Muawiyah saat perang
Siffin. Mereka ini menganggap Ali dan orang-orang yang
Aliran-aliran dalam Islam: 3 menyetujui perdamaian tadi adalah orang-orang kafir dan halal darahnya. Kemudian Khawarij ini terpecah menjadi beberapa aliran, yang paling besar adalah Al AzariqohAn-NajdahAl-'AjaridahAsh-Shufriyyah, dan Al-Ibadiyyah. Aliran terakhir ini yang paling moderat diantara aliran Khawarij dan masih terdapat di Zanzibar, Afrika Utara, Umman dan Arabia Selatan
Pendapat-pendapat mereka antara lain :
  • Pelaku dosa besar adalah kafir
  • Imam boleh dipilih dari suku apa saja asal ia sanggupmenjalankannya.
  • Keluar dari Imam adalah wajib apabila Imam tidaksesuai dengan ajaran-ajaran Islam.
  • Orang yang tidak sepaham dengan mereka bahkan anak istrinya boleh ditawan, dijadikan budak ataudibunuh (Al-Azariqoh) sedang menurut Al-Ibadiyah mereka bukan mukmin dan bukan kafir, karena itu boleh bermuamalat dengan mereka, dan membunuh mereka adalah haram.
  • Anak-anak orang kafir berada di neraka (Al- Azariqoh)
  • Membatalkan hukum rajam karena tidak ada dalam al-Quran (Al-Azariqoh)
  • Surat Yusuf bukan termasuk al-Quran karena mengandung cerita cinta (Al-'Ajaridah)


 2. Murji'ah
Murji'ah berasal dari kata Irja yang berarti menangguhkan. Kaum Murjiah yang muncul pada abad I Hijriyyah merupakan reaksi akibat adanya pendapat Syiah yang mengkafirkan sahabat yang menurut mereka merampas kekhalifahan dari Ali, dan pendapat Khawarij yang mengkafirkan kelompok Ali dan Muawiyah. Pada saat itulah muncullah sekelompok umat Islam yang menjauhkan dari pertikaian, dan tidak mau ikut mengkafirkan atau menghukum salah dan
menangguhkan persoalannya sampai dihadapan Allah SWT.
Pada asalnya kelompok tidak membentuk suatumadzhab, dan hanya membenci soal-soal politik, tetapi kemudian terbentuklah suatu madzhab dalam ushuluddin yang membicarakan tentang Iman, tauhid dan lain-alin.Pemimpin dari kaum Murjiah adalah Hasan bin Bilal(152 H). 8
Kaum Murji'ah dapat dibagi menjadi 2 yaitu :

a. Golongan moderat
Pendapat-pendapat mereka :
  • Orang berdosa bukan kafir dan tidak kekal dalamNeraka  



b. Golongan Ekstrim
Pendapat-pendapat mereka :
I'tiqod Ahlus Sunnah wal Jama'ah, KH Sirojuddin Abbas hal 180-181
Aliran-aliran dalam Islam: 7
  • Orang Islam yang percaya pada Allah kemudian menyatakan kekufuran secara lisan tidak menjadi kafir karena iman itu letaknya di dalam hati, bahkan meskipun melakukan ritual agama-agama lain.
  • Yang dimaksud ibadah adalah iman, sedangkan shalat, puasa, zakat dan haji hanya menggambarkan kepatuhan saja
  • Maksiat atau pekerjaan-pekerjaan jahat tidak merusak iman ( Al-Yunusiah)
  • Menangguhkan hukuman orang yang berdosa di akhirat


3. Mu'tazilah
Mu'tazilah berasal dari kata I'tazala yang berarti manjauhkan diri. Asal mula kata ini adalah suatu saat ketika al-Hasan al- Bahsriy (110 H) sedang mengajar di masjid Basrah datanglah seorang laki-laki bertanya tentang orang yang berdosa besar. Maka ketika ia sedang berpikir
menjawablah salah satu muridnya Wasil bin Atha' (131 H) menjawab : "Saya berpendapat bahwa ia bukan mukmin dan bukan kafir, tetapi mengambil posisi diantara keduanya". Kemudian ia menjauhkan diri dari majlis al-Hasan dan pergi ketempat lain dan mengulangi pendapatnya. Maka al-Hasan menyatakan : Washil menjauhkan diri dari kita (I'tazal 'anna). 11

Pendapat-pendapat mereka :
  • Orang Islam yang berdosa besar bukan kafir danbukan mukmin tetapi berada di antara keduanya (al-Manzilah bainal manzilatain)
  • Tuhan bersifat bijaksana dan adil, tidak dapat berbuat jahat dan zalim. Manusia sendirilah yang memiliki kekuatan untuk mewujudkan perbuatannya perbuatannya, yang baik dan jahat, iman dankufurnya, ta'at dan tidaknya.


11 Teologi Islam, Harun Nasution, hal: 40
Aliran-aliran dalam Islam: 9
  • Meniadakan sifat-sifat Tuhan, artinya sifat Tuhan tidak mempunyai wujud sendiri di luar zat Tuhan
  • Baik dan buruk dapat ditentukan dengan akal
  • Al-Quran bukan qadim (kekal) tetapi hadits (baru /diciptakan)
  • Tuhan tidak dapat dilihat dengan mata kepala di akhirat nanti
  • Hanya mengakui Isra Rasulullah ke Baitul Maqdis tetapi tidak mengakui Mi'rajnya ke langit
  • Tidak mempercayai wujud Arsy dan Kursi Allah, Malaikat pencatat amal (Kiraman Katibiin),Adzab (siksa) kubur.
  • Tidak mempercayai adanya Mizan (timbangan amal), Hisab (perhitungan amal), Shiratul Mustaqiim (Titian), Haud (kolam nabi) dan Syafa'at nabi di hari Kiamat.
  • Siksaan di neraka dan kenikmatan di surga tidak kekal (ikut sebagian kelompok).



Apakah ada aliran sesat di dalam islam dan yang benar itu seperti apa .???untuk jawaban nya silah kan anda download ebook ini yang di dalamnya pembahasannya ini juga mengungkap berbagai aliran yang di pandang sesat dan menyimpang di masayarakat , sangat cocok bukan dengan apa yang anda cari kali ini . senoga ebook ini bermanfaat dan dapat menambah pengetahuan sobat baik di dalam kehidupan bermasyarakat tentang beragam aliran islam yang berkembang saat ini . dan tambahan pengetahuan in di harapkan dapat lebih untuk menambah kekebalan iman sobat dan juga dapat untuk menjaga diri agar tidak mudah untuk terjerumus dlam aliran aliran islam yang meyimpang .

Untuk informasi yang lebih lengkapnya anda dapat langsung mendownload ebook gratis  yang  di dalamnya merupakan kumpulan semua aliran aliran di dalam islam yang bertujuan untuk mengupas semua kunci rahasia pedoman anda dalam meraih  kesuksesan dunia dan akhirat secara real dan tidak merupakan dalam  suatu jenis teori semata ,dan yang akan di jelaskan dalam ebook gratis ini adalah bagaimana anda dapat langsung untuk mempraktikan (take action) semua isi ilmu yang akan anda dapatkan secara gratis dan lengkap yang kesemua itu hanya terdapat dalam ebook gratis ini , jika anda sudah paham dan tahu tentang aliran dalam islam yang anda pahami dan juga anda ikuti petunjuknya  ,sebaiknya anda tidak akan pernah lupa untuk terus mempraktikan dan mengamalkan ilmu dan kepahaman anda atas pedoman yang anda yakini mengenai pilihan aliran dalam islam yang anda  pilih serta  telah anda peroleh ilmunya itu yang terbagi semua aliran dalam ebook ini ,silahkan anda membaginya  kepada teman anda ,klien, maupun kepada musuh anda sekalipun , karena dengan adanya penyebar luasan ebook gratis yang merupakan kunci dalam melakukan doa serta kumpulan semua aliran dalam islam dari jaman terdahulu hingga aliran islam yang ada di dalam negeri bangsa ini  ,di dalamnya berisi suatu  rahasia kunci sukses pedoman keyakinan anda mengenai islam untuk  menggapai  kebahagiaan dunia akhirat , dengan hadirnya ebook ini di harapkan dapat di jadikan pedoman dalam meraih kesuksesan dan kebahagiaan baik dunia maupun akhirat yang menjadi secara luas menyebarkan ilmunya kepada masyarakat.

Untuk mendownload ebook Gratis ini ada satu hal yang perlu anda catat di dalam ebook gratis mengenai kumpulan semua aliran di dalam islam yang  merupakan suatu ebook  gratis namun anda jangan pernah meremehkan ilmu yang terdapat dalam ebook gratis ini karena jika anda tidak mempraktekannya dan telah  di ajarkan dalam ebook ini menganai pengertian ,penjelasan hingga hal penting apa saja yang telah di jabarkan dalam ebook ini maka berapa banyak kerugian yang akan anda dapatkan tentang dan mengenai kehidupan anda serta berapa banyak waktu yang anda tinggalkan dan seharusnya di gunakan untuk berhubungan dengan Tuhan , maka walaupun ebook ini adalah ebook yang gratis tanpa anda perlu untuk membayar biayanya dibagikan kepada anda secara gratis dan tanpa pamrih, namun apabila tertera nominalnya atas segala kasiat dan kegunaanya yang akan terjadi di dalam kehidupan anda  maka dengan adanya kehadiaran ebook ini merupakan seharusnya dan semestinya kalau untuk di jual kan di pasaran dunia buku,maka  ebook ini seharga Rp.250.000 dengan segala jenis manfaat yang akan anda dapatkan dalam kehidupan anda mengenai kepahaman anda dalam aliran aliran di dalam islam ,ebook ini bukan suatu ebook yang mengajarkan kepada anda untuk cara mendapatkan uang secara besar dan juga instan tetapi ebook ini mengajarkan cara untuk berhubungan baik dengan tuhan serta sungguh sungguh di dalam keyakinannya supaya apa yang anda inginkan dapat terkabul dan tercapai atas kehendak Tuhan ,  karena ini untuk anda dan merupakan ibadah juga untuk saya yang dapat membagikan ilmu dengan tujuan ikhlas dan menunjang kehidupan anda maka ini saya berikan link downloadnya secara gratis untuk anda tanpa harus anda mengeluarkan uang sepeserpun,yang saya harapkan dari anda ,adalah anda dapat memanfaatkan ebook yang gratis ini untuk dapat meningkatkan derajat kehidupan anda ,cara untuk mendownloadnya   yaitu dengan mengklik link di bawah ini: